Jelang 10 hari sebelum puasa, masyarakat Jakarta beramai-ramai mendatangi pasar Tanah Abang untuk membeli bermacam pakaian. Penjual pun mengaku omsetnya naik dua kali lipat, dan bahkan ada yang mencapai Rp 20 juta per hari.
Berdasarkan pantauan di pasar Tanah Abang Jakarta, masyarakat berjelal masuk dan keluar, untuk membeli perlengkapan pakaian jelang bulan Ramadhan. Salah satu pedagang pakaian muslim, Dedi, menyatakan omset tokonya naik hingga dua kali lipat dari sebelumnya Rp 10 juta per hari menjadi Rp 20 juta per hari.
Hal yang sama juga disampaikan pedangang batik Okky. Dirinya mengaku terdapat peningkatan penjualan batik, khususnya yang akan dijual kembali keluar kota, bahkan luar pulau Jawa.
Jelang 10 hari datangnya bulan Ramadhan, terlihat masyarakat banyak menyerbu pakaian muslim dan aksesorisnya. Apalagi sebagaian pemilik toko menyediakan harga khusus, dari Rp 15 ribu sampai Rp 35 ribu per potong pakaian.
Untuk mensiasati membanjirnya pakaian impor asal China jelang bulan Ramadhan ini, para penjual di pasar Tanah Abang rela untuk memproduksi sendiri produk dagangannya. Alasan utama adalah agar harga bisa kompetitif.
Ia menambahkan, dengan masukkan pakaian jadi dari luar negeri menjadi kekhawatiran sendiri. Pasalnya, harga jual pakaian impor yang ditawarkan, sudah lebih murah dari harga produksi satu potong pakaian.
Menurutnya, produk impor Cina khususnya yang berjenis kemaja, t-shirt atau jeans, menjadi pesaing utama produk lokal. Dengan model yang sama-sama mengadopsi trend fashion dunia, sulit bagi konveksi lokal untuk bersaing dari sisi biaya produksi.