Meski Ormas Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa Ramadan tahun ini pada 11 Agustus mendatang, namun NU tetap berpegang pada cara lama berdasar ru'yatul hilal. Keputusan NU akan diambil setelah melihat langsung hilal melalui teropong sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Ketua Lajnah Falakiyyah PBNU KH Ghazalie Masroeri menyatakan meski NU telah memprediksi awal puasa Ramadan 2010 dalam hisabnya sejak beberapa tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam posisi menentukan. Rukyah tetap sebagai penentu. Dan hisab sebagai pendukung rukyah untuk memperoleh hasil yang berkualitas.
Menurut Ghazalie, berdasarkan sunnah rasul, NU akan menyelenggarakan rukyatul hilal bil fi’li atau observasi hilal di lapangan untuk awal Ramadan 1431 H pada Selasa (10/
mendatang. Pantauan hilal ini akan dilakukan di sembilan puluh titik lokasi rukyah yang strategis di seluruh Indonesia.
lanjut Ghazalie, Rukyah akan dilaksanakan oleh seratus dua puluh perukyah bersertifikat nasional di samping para alim ulama ahli rukyah, ahli hisab, nahdliyyin dan pesantren setempat.
Menurut dia, hisab yang dilakukan oleh PBNU hanya akan digunakan untuk memandu dan memudahkan pelaksanaan rukyah sekaligus sebagai kontrol terhadap tingkat akurasi rukyah. Sebaliknya rukyah merupakan instrumen koreksi hisab.
tegas Ghazalie, Hasil penyelenggaraan rukyatul hilal dilaporkan kepada PBNU dan Departemen Agama dengan kriteria-kriteria yang ditentukan, baik secara syar’i, astronomis maupun secara teknis administratif.
Oleh karena itu, PBNU menyerukan kepada warga nahdliyin untuk menunggu kepastian awal puasa setelah tenggal 10 Agustus mendatang. Jadi puasa Ramadan menunggu hasil rukyah yang akan diselenggarakan pada hari Selasa 10 Agustus yang kemudian akan diitsbatkan oleh Menteri Agama