Dinas Kesehatan (Dinkes) menghimbau warga masyarakat untuk mewaspadai wabah DBD pada musim kemarau basah yang terjadi saat ini.
Eddy Darma Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinkes, Bogor mengatakan musim kemarau basah memicu pertumbuhan jentik-jentik nyamuk. Hal ini dikarenakan hujan yang turun dengan curah tinggi tapi durasinya singkat menyebabkan timbulnya genangan air.
Pada musim kemarau basah ini, kondisi cuaca tidak menentu. Hujan yang turun secara tiba-tiba, lalu reda disertai panas, menjadi hal yang sangat disukai nyamuk untuk bertelur.
Melalui genangan-genangan air tersebut, kata Eddy menjadi media nyamuk untuk berkembang biak. Karena nyamuk berkembang biak di dalam air, sehingga siklus pertumbuhan nyamuk menjadi bertambah.
Berbeda dimusim hujan, intensitas hujan yang sering turun dengan durasi cukup lama, tidak menimbulkan genangan air, karena air mengalir bersama derasnya hujan.
Guna mencegah terjadinya wabah DBD warga dihimbau untuk mengoptimalkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilingkungan rumah masing-masing melalui 3M (menguras, mengubur dan menebarkan abate).
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor menyebutkan kemarau basah hampir mendominasi wilayah Jawa Barat. Berbeda pada tahun sebelumnya, yang harusnya musim kemarau terjadi pada bulan Mei, kali ini bergeser di bulan Juli.
Agus Heru staf Analisa BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga mengatakan, kemarau basah disebabkan oleh pengaruh global atau Elnina.