Kalau Hariyatie ditanya, selama empat tahun menjadi istri Bung Karno (1963 – 1967), saat-saat mana yang dirasa paling mengesankan? Hariyatie, pegawai Setneg yang berlatar belakang penari ini, tidak akan menyebut saat jalan-jalan. Ia juga tidak akan menyebut saat menghadiri resepsi. Tidak pula saat bercinta. “Saat-saat paling mengesankan bersama bapak adalah di meja makan,” tutur Hariyatie.
Di meja makan, Bung Karno sangat menyenangkan. Ia bisa mencairkan suasana dan bersenda-gurau dengan semua yang ikut makan. Kebiasaan Bung Karno pula untuk bertanya kepada siapa saja, “Sudah makan? Sudah makan?” dan akan mengajak siapa saja untuk makan bersama.
Selama menjadi istri Presiden, Hariyatie selalu mengingat dan melaksanakan semua hal “yang Bapak suka” dan “yang Bapak tidak suka”. “Sebelum kami menikah, Bapak sering wanti-wanti tentang itu. Kalau beliau nulis surat ke saya, selalu saja ada kalimat dalam bahasa Inggris, always keep mind what I like and what I don’t like,” tandasnya. Karena itu pula Hariyatie tidak ingin kena marah Bung Karno, presiden sekaligus suaminya.
Nah, ihwal status “presiden” dan “suami”, Hariyatie juga harus pandai-pandai menempatkan diri. Patokan sederhana adalah begini, ketika Bung Karno mengenakan busana kepresidenan, maka Hariyatie akan menempatkannya sebagai Presiden. Termasuk ia menjaga sikapnya, untuk tetap correct. Sekalipun, di meja makan.
Seperti diungkap di bukunya, Hariyatie mengatakan bagaimana Bung Karno acap datang tiba-tiba ke kediamannya di Slipi untuk makan siang. “Ya, beliau sering rawuh tiba-tiba, masih dengan pakaian lengkap kepresidenan, kemudian makan siang di rumah. Beruntung saya selalu siap menanti Bung Karno datang. Dari pagi saya sudah mandi, sudah rapi, dan tidak lupa berkebaya, karena Bapak senang melihat saya berkebaya,” tuturnya.
Usai makan, Bung Karno akan masuk kamar dan berganti busana dengan busana santai di rumah. Inilah saat-saat Bung Karno harus diperlakukan sebagai seorang suami. Hariyatie tahu betul kebiasaan suaminya. Karena Bung Karno sudah tidak lagi berbusana kepresidenan, maka Hariyatie pun leluasa melampiaskan kemesraannya sebagai seorang istri kepada sang suami, dan Bung Karno sangat menikmatinya.
Itulah beda Bung Karno saat di meja makan (berbusana kepresidenan) dan saat Bung Karno duduk rileks di sofa (berpakaian santai). Kedua foto di atas, menunjukkan itu.