Ribuan bayi terancam gizi buruk. Pada 2010 ini sebanyak 3.245 bayi di Kabupaten Kediri termasuk kategori berat badan sangat kurang. Jika tak segera ditangani, mereka bisa masuk kategori berat badan di bawah garis merah (BGM) atau gizi buruk.
Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kediri menyebutkan hingga Juni 2010 total ada 129.807 bayi. Dari jumlah itu, 3.245 atau 2,5 persennya termasuk kategori berat badan sangat kurang. Jumlah tersebut meningkat ratusan dibanding 2009 lalu.
Tahun lalu, persentasenya hanya 2,2 persen atau 2.640 bayi. Kepala Dinkes Kabupaten Kediri Adi Laksono didampingi humas Pemkab Kediri menyatakan ada beberapa klasifikasi kategori berat badan bayi. Mulai obesitas, normal, sedang, berat badan sangat kurang, berat badan di bawah garis merah (BGM), kwasiorkor maramus.
Penanganan intensif, sambung Adi, mulai dilakukan untuk bayi dengan kategori berat badan sangat kurang. Untuk jenis BGM dan kwasiorkor maramus diperlukan intervensi dari Pemkab Kediri. Caranya, dengan memberikan susu dan makanan tambahan selama 90 hari.
Sejauh ini anggaran untuk pemberian susu dan makanan tambahan bagi bayi gizi buruk telah disediakan khusus. Baik yang berasal dari APBD maupun APBN.
Lalu, berapa jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Kediri? Adi mengatakan sampai kemarin masih belum ditemukan bayi dengan kategori kwasiorkor maramus. Tetapi, untuk kategori BGM, 2009 lalu ada 128 bayi. Sedangkan hingga Juni tahun ini ada 52 kasus.
Lebih lanjut Adi mengatakan gizi buruk bisa terjadi karena faktor ekonomi masyarakat. Rendahnya tingkat ekonomi, menyebabkan mereka tak bisa memberikan gizi yang cukup bagi anaknya.
Gizi buruk, lanjut Adi, juga diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan tentang gizi. Banyak masyarakat yang memberikan makanan ringan atau snack pada anak-anak. Meski makanan tersebut mengenyangkan, tapi tak mempunyai kandungan gizi yang cukup. Akibatnya, membuat anak-anak kekurangan gizi.